Rabu, 29 Juli 2015

MENUNGGU ADIK PULANG

"Kemarau tahun ini panjang sekali..," gumam Ibu, di depan jendela. "Tidak biasanya. Ibu rindu Adik," sambungnya.

Aku yang berada di dekat Ibu, pura-pura tidak mendengar. Hampir tiap hari aku mendengar gumaman Ibu. Bosan mendengarnya, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, tak juga menghiburnya lagi. Aku sudah lelah menghibur Ibu.

Setahun lalu, tanpa menghiraukan hujan yang mulai turun, Dika, Adikku dan teman-temannya tetap asik bermain gundu di depan rumah. Air bah tiba-tiba menghampiri dan membawa kelima bocah yang tertawa riang dengan gundu mereka.

Ibu yang sedang sibuk memasak untuk makan siang, kaget mendengar teriakan anak-anak tersebut. Tergopoh-gopoh Ibu ke depan jendela dan kaget melihat banjir yang hampir menggenangi lantai rumah panggung kami, lalu tak sadarkan diri. Itu cerita Ibu waktu itu.

Sejak itu, Ibu setiap hari berdiri di depan jendela sambil bergumam, dan setiap hujan deras Ibu melongok ke jendela, berharap banjir mengembalikan Adik yang hanyut setahun lalu.

Jakarta, 29 Juli 2015