Sabtu, 24 September 2016

[Flash Fiction] Lelaki Bertudung Hitam

Andi tertidur lelap. Kelelahan karena seharian bermain bola dengan teman-teman barunya. Sawah kakeknya dipenuhi padi yang mulai menguning menjadi tempat favorit Andi. Bermain bola di antara padi-padi yang mulai menguning mempunyai trik dan keasyikan tersendiri, agar padi-padi tersebut tidak rusak karena terinjak.

Andi memilih liburan kenaikan kelas di kampung halaman tempat kakek dan neneknya tinggal. Sore itu sambil menunggu teman-temannya, Andi memandangi tuar-tuar di tengah sawah. Tuar-tuar ditempatkan di tengah sawah untuk menakut-nakuti burung-burung yang menjadi hama ketika padi-padi mulai menguning dan tak lama lagi siap dipanen.

Ada satu tuar yang menarik perhatian Andi. Tuar itu seluruh tubuhnya dipasangi kain rombeng hitam. Kepala tuar tersebut sangat bulat, dibuat sedemikian rapi. Andi mengelus-ngelus kepala tuar tersebut dan tersenyum lebar.

Wajah Andi yang terlelap berubah menjadi gelisah dan ketakutan. Andi terbangun dengan tubuh penuh peluh. Seorang lelaki bertudung hitam berdiri dihadapannya.

"Kembalikan kepalaku!" Suara lelaki bertudung hitam itu terdengar menggelegar sambil mengacungkan arit.

"Ke.. kepala apa..?" tanya Andi. Nada suaranya gugup penuh rasa takut.

Lelaki bertudung hitam itu mendekati dan menunjuk bola dalam pelukan Andi.

Andi memandang kedua tangannya. Tak ada bola dalam pelukannya, tetapi kepala tuar yang tadi dijadikan bola olehnya.

Jakarta, 24 September 2016

*) Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway #HororisCausa @harigelita

Senin, 05 September 2016

[Flash Fiction] 02.35

Aku terbangun lagi menjelang subuh dengan tubuh menggigil.

Seminggu berturut-turut ini, setiap pukul 02.35, kulihat sesosok bayangan sedang becermin, meringis menahan sakit sambil memegang pergelangan tangannya yang berdarah.

Dua tahun lalu, mama meninggalkan kami - papa dan aku, demi mantan pacarnya.

Papa terpuruk dalam kesedihan dan kemarahan. Lalu aku terabaikan. Aku merasa hidup sendiri dan kesepian.

"Nak, sadar Nak. Jangan tinggalkan Papa." Kurasakan tepukan lembut di lenganku dan wajah papa yang memelas.

Samar-samar ingatanku kembali di mana aku berada seminggu yang lalu.

Sehari sebelumnya, Dion, pacarku memutuskan hubungan kami, demi mantan pacarnya.

Pukul 02.35, di depan cermin, aku mengiris pergelangan tanganku.

Jakarta, 05 September 2016

*) Diikutsertakan dalam #flasfiction100kata #HororisCausa yang diadakan oleh @melctra & @irfanaulia